Thaïs Meditation

Ketika aku sedang menulis surat ini, malam berada di puncak singgasananya. Aku masih terjaga si meja kerjaku. Dan kuputuskan untuk meraih diaryku dan mulai menulis surat untukmu. Malam begitu lengang. Udara dingin bekerja keras menggigiti kulitku. Kuputuskan memutar sebuah lagu yang kuharap mampu menghangatkan kamarku yang nyaris beku ini. Meditation de Thaïs mulai mengalun memenuhi penjuru ruangan. Sayatan biola Massenet sang maestro seolah menjelma pedang yang mengiris-iris hatiku.

Kadang kupikir, aku tak ubahnya dengan Thaïs, tokoh yang digambarkan dalam lagu memilukan ini. Upayanya dalam cinta dipenuhi duka dan derita. Atanael, pujaan hatinya tak pernah sekalipun meliriknya. Karena cinta, ia rela dimusuhi semua orang. Hingga ia hanya memiliki satu kawan, yaitu semangat untuk meraih kebahagiaan dalam hidupnya. Akupun begitu. Selalu kucoba meyakinkanmu tentang perasaanku. Tak pernah berhenti kusampaikan debar cinta kepada hatimu. Tapi kau seolah tak mendengar dan melihatku. Kau seperti tak pernah menyadari bahwa aku ada.

Kuraih buku sketsaku. Kucoba melukis Thaïs dan penderitaannya. Berharap agar aku mampu melepaskan beban yang kutanggung karena telah berbagi kedukaan dengannya. Mungkin dengan begitu aku mampu menerjemahkan seperti apa rasanya jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan. Mungkin aku bisa menyadari, bahwa rajam duka dan rasa sakit adalah tangga pertama dalam menapaki puncak singgasana cinta yang bertabur kebahagiaan.

Le Gra,

Aan Loverstopia

Komentar

  1. bagus gambarnya, nyeni banget
    teruskan bakatnya yaaa
    semangat nulisnyaaa

    BalasHapus
  2. hai, kak Ika. iya, aku lagi belajar menggambar vignet :) makasih banyak untuk dukungan semangatnya! :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer