Anomali Fiksi
Dear Anjali,
Aku bisa saja menjadi stress atau histeris atau mengalami gangguan kejiwaan jika saja aku tak mampu menahan diriku. Semua karena koleksi buku-buku yang ada di rak buku di satu sisi kamarku ini. Judul-judulnya sudah membuatku bosan. Isinya tidak ada yang mampu menggetarkan hatiku. Buku-buku fiksi yang kumiliki semuanya terasa hambar. Kisah yang termuat didalamnya begitu datar. Padahal itu adalah buku fiksi. Buku yang seharusnya paling mudah ditulis karena penulis memiliki kebebasan penuh mengenai kisah apa yang ingin disajikan kepada pembacanya. Buku fiksi selalu menakar kemampuan daya nalar dan imajinasi si penulis. Tapi sefiktif apapun buku yang kubaca, seolah tak ada yang bisa menandingi kisah yang terjadi diantara kita. Sebuah kisah sederhana namun berliku. Tentang kisah cinta biasa yang memiliki perjalanan luar biasa. Mengenai bagaimana rasanya patah hati namun bangkit kembali hanya untuk dipatahkan lagi berkali-kali.
Mungkin kisah cinta yang paling baik adalah kisah yang terjadi di alam nyata. Adalah kisah yang dijalani oleh setiap manusia di dunia. Seperti kisah kita. Atau juga kisah orang-orang disekitar kita. Karena kau dan aku adalah tokoh utama. Kita memerankan diri sendiri dan dunia menjadi latar kisah yang kelak menjadi legenda.
Mungkin jika kau kembali nanti, Anjali. Aku akan menulis sebuah kisah cinta diantara kita. Pada saat itu hikayat yang akan dikenang oleh anak cucu kita sebagai dongeng pengantar tidur mereka, akan kunamai sebagai anomali fiksi.
Le Gra,
Aan Loverstopia
iya, teruslah menulis fiksi. semoga tidak larut dan melupakan kehidupan nyata. semangat yaa
BalasHapus