Membaca Buku Untuk Masa Depan Indonesia
Percayakah kita, bahwa salah satu ciri dari negara maju adalah banyaknya buku yang diterbitkan di negara tersebut?
Ini tercermin dari negara Jepang yang nyaris rata dengan tanah pada Perang Dunia II, akibat serangan bom atom pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, berusaha memulihkan kondisinya dengan menerbitkan buku sebanyak mungkin dan dijual semurah mungkin. Berbagai buku dari luar negeri juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Jadi setiap orang berpeluang untuk membaca buku apa saja, tanpa dipusingkan masalah harga sebuah buku.
Tak perlu membutuhkan waktu lama, Jepang maju pesat dan mampu menandingi bangsa barat, bangsa yang pernah hampir membumihanguskan negeri sakura tersebut. Benar-benar prinsip semangat gambaru yang luar biasa, bukan?
Kini penerbitan buku di Jepang menjadi industri besar dan penerbit dari negara lain beralih menerbitkan buku dari Jepang, salah satunya Indonesia.
Sayangnya, minat baca di Indonesia masih sangat lemah. Belum lagi permasalahan harga buku selalu melambung naik, menyebabkan penggemar buku gigit jari menatap tarif buku yang tak terbeli. Meskipun semakin banyak buku terjemahan dari luar negeri, tetap saja hanya beberapa kalangan saja yang mampu membeli. Sementara pencinta buku yang kurang beruntung, rela meminjam buku milik temannya, hingga buku tersebut lusuh dan kumal, akibat seringnya mengalami estafet dari tangan ke tangan.
Kitapun bisa menjadi negara maju seperti Jepang. Seandainya saya didapuk sebagai anggota DPD RI, saya akan membangun Indonesia dari departemen Pendidikan dan pelayanan masyarakat, dengan target utama anak-anak. Ya, mereka adalah wajah Indonesia di masa depan. Jadi lebih baik kita rancang masa depan itu mulai sekarang, selagi mereka masih seperti spoon yang mampu menyerap apa saja, dengan mendidiknya sebaik yang kita bisa. Saya akan mengajukan kepada pemerintah, untuk membangun rumah baca atau perpustakaan umum di setiap desa. Dengan begitu, terdapat beberapa perpustakaan di wilayah kecamatan.
Semakin banyak rumah pintar, semakin bagus pula bagi perkembangan pengetahuan anak-anak di Indonesia. Saat ini di lingkungan tempat anak-anak tinggal, kian dipenuhi pengaruh negatif dalam berbagai hal, dan hal ini tentu berdampak buruk bagi asupan informasi di otak mereka. Dalam jangka panjang, hal-hal kurang baik akan berakibat menjadikan mereka seorang remaja yang labil, dan kedepannya menjadi manusia yang kurang memahami etika dan moral.
Untuk itulah, sedini mungkin kita lakukan pencegahan dan kita berikan mereka, generasi penerus bangsa, suplemen bermanfaat dalam bentuk cinta membaca, sebagai jendela informasi dunia, agar mereka menjadi pribadi cerdas, empati, serta kreatif.
Anak-anak adalah aset paling berharga milik dunia, andai kita tak memperhatikan dan merawatnya, tentu kita semua tahu, seperti apa masa depan Indonesia apabila penduduknya bodoh dan miskin ilmu.
Jika bukan kita yang mengantisipasi hal ini, lantas siapa lagi?
Buku untuk membangun bangsa,mungkin juga bisa ya kalo model untuk mengurangi jumlah penggunaan kertas,dengan pemasyarakatan membaca dengan kindle/ebook reader, mungkin bisa merangkul pengembang hardware lokal untuk membuat alat pembaca ebook buatan lokal agar harganya bisa murah.Kalo bapak Jokowi saja mau menggunakan mobil buatan lokal siapa tahu ternyata ada perusahaan yang tertarik untuk membuat ebook reader buatan Indonesia...
BalasHapus