Mengingat Usia Mengingat Luka

Mengingat Usia Mengingat Luka


Anjali
aku tahu aku lelaki yang aneh
maka kutulis surat cinta ini untukmu dan pada akhirnya akupun tahu aku takkan mengirimkan surat ini kepadamu
dan kau juga takkan pernah dapat membacanya karena namamu bukan Anjali, tapi bagiku kau adalah Anjali dalam hidupku.

Apakah kau masih mengingat apa yang terjadi setahun silam, tepat pada hari ini, Anjali?
Aku ingat benar malam itu. Aku bertamu kerumahmu. Dan kau keluar dari kamar tidurmu, rapuh tanpa daya, tapi senyum manismu tetap melengkung indah di sudut bibirmu.
Lutut kananmu memar tak beraturan karena kecelakaan yang menimpamu beberapa waktu lalu. Ah, Anjali, andai saja ada toko jasa yang melayani pertukaran rasa sakit, tentu aku akan bertransaksi untuk menanggung seluruh luka yang kau derita, dan kau akan baik-baik saja seperti tak pernah terjadi kecelakaan sebelumnya. Tentu saja jika semua itu dapat kulakukan, aku takkan membiarkanmu mengetahui siapa yang telah menukar rasa sakit itu darimu.

Ah iya, bagaimana kabar boneka babi yang telah kupasrahkan kepadamu untuk memeliharanya mulai malam itu? Maaf, ia belum sempat kuberi nama. Tapi kuharap, ia bisa menjadi teman yang baik bagi hari-harimu selanjutnya.

Ah waktu. Begitu cepat berlalu. Setahun rasanya seperti sekedipan mata dalam hidupku. Hari ini kau kembali berulang tahun. Hey, ayo tersenyumlah! Jangan bilang kau lupa dengan hari lahirmu sendiri seperti kala itu.
Jangan tanya pula kenapa aku selalu ingat dengan tanggal 2 Juli. Dalam hidupku, tak ada hari yang lebih patut kuingat selain hari lahirmu.

Sebaiknya aku memberikan apa di hari yang megah ini dan kupersembahkan untukmu?
Tapi sekarang kau tak ada disisiku. Kita sedang berjauhan untuk waktu yang mungkin akan sangat lama.
Hanya ada satu yang tak mengenal ruang dan waktu. Hanya satu hal yang mampu melampaui segala penghambat yang menaungi dimensi.
Doa. Ya, ketika tak ada yang mampu tersampaikan lagi, maka kukirim doa. Tak ada rindu yang tak terpenuhi. Tapi untuk kali ini saja, aku tak ingin rinduku sampai padamu. Cukup doa dariku kepada Tuhanku yang memohon keselamatan bagi seluruh hidupmu saja, yang kuharap akan mekar sempurna pada hari ini.

Kau harus mempercayaiku, Anjali. Kapanpun dan dimanapun kau berada. Dulu, kini, serta nanti. Doaku akan mencari jalan untuk menemukan hatimu, dan menjelma pelindung bagi hari cintamu. Meski dari tempat yang jauh, hatiku begitu asing menyendiri, sibuk bermain dengan sepi.

Ah, abaikan saja apa yang dirasakan hatiku, Anjali. Toh kau takkan mendengar lolongannya yang memilukan, ataupun mengetahui beban derita yang kutanggung.

Hari ini milikmu, Anjali. Bersenang-senanglah. Berbahagialah. Angkat seluruh muram yang bergelayut di hatimu dan buang jauh-jauh segala gundah itu.
Kau adalah putri cinta, yang tak pernah meninggalkan jejak kecuali kebaikan serta suka cita.
Kau memiliki banyak alasan mengapa kau diturunkan ke bumi, wahai bidadari.
Sebab dunia membutuhkan sentuhan cintamu serta hangat pelukmu.

Tinggal berapa jam lagikah hari ini berakhir, Anjali? Aku sudah tak sanggup bertutur kata. Sebaiknya doa untukmu kulantunkan dalam hati saja. Karena dimatamu, aku mungkin tak lagi menjadi makhluk yang romantis. Seberapa besar usahaku untuk memberi kebahagiaan padamu, aku hanya akan tetap menjadi manusia melankolis.

Kau akan mendapatkan kebahagiaanmu sendiri, doa-doa yang selalu menaungi hati, juga sejuta puisi cinta yang memabukkan, dan bermacam kesenangan lainnya yang tak pernah beranjak darimu.

Kau akan mendapatkan kecupan cinta terhangat, di malam yang paling menakjubkan kali ini, dari suamimu sendiri. . .



Loverstopia, 2 Juli 2011

Komentar

Postingan Populer