Critical Eleven dan Ujian untuk Cinta
Pada mulanya adalah pertemuan. Apabila sebuah hati yang kesepian menemukan hati lain yang sependeritaan, maka yang terjadi selanjutnya adalah kecocokan jiwa. Itulah yang berusaha digambarkan Ika Natassa sang penulis kedalam novel berjudul Critical Eleven ini.
Istilah Critical Eleven adalah istilah yang kerap digunakan dalam dunia penerbangan, dimana masa sebelas menit paling krusial di awal penerbangan dan di akhir pendaratan sebuah pesawat. Konon itu adalah masa sebelas menit paling kritis, waktu paling sering terjadi kecelakaan pada pesawat.
Akan tetapi bagi masa kritis ini, digunakan oleh Ale untuk meminta nomor ponsel Anya sebelum mereka berpisah. Bahaya sekali bagi lelaki ini apabila kehilangan jejak Anya, perempuan yang dikenalnya selama berada di pesawat yang langsung membuatnya jatuh hati.
Singkatnya, mereka jadian. Masa pacaran dilalui dengan jalan LDR, mengingat Anya berada di Jakarta tetapi Ale berada di luar negeri tepatnya di kilang minyak bumi lepas pantai.
Dan pernikahan pun terjadi. Para pembaca mengira konflik utama dari novel yang meraih penghargaan kategori sampul buku terbaik ini adalah seputar kerumitan hubungan cinta jarak jauh. Tapi dugaan tersebut salah besar. Jarak bukan penghalang bagi keduanya. Sebab masalah utama yang menjadi bola salju yang kian membesar setiap detiknya adalah satu kalimat mematikan yang diucapkan Ale kepada Anya pada suatu hari ketika hati keduanya sedang dalam masa perkabungan. Dan ujian cinta yang sebenarnya pun mulai diuji.
Ini adalah novel karya Ika Natassa paling alim sekaligus paling panas yang pernah saya baca. Alim karena terdapat begitu banyak kegiatan yang mengarah pada hal-hal religius, bahkan terdapat kutipan ayat Al-Quran, hal yang jarang terjadi dalam kategori novel metropop. Dan panas, karena porsi adegan percintaan juga lebih banyak diekspose dari novel-novel sebelumnya.
Baru-baru ini, trailer poster filmnya telah dirilis. Sebab Critical Eleven akan diangkat ke layar lebar dengan Reza Rahadian sebagai Ale dan Adinia Wirasti sebagai Anya. Dan lagi-lagi, poster filmnya juga tak panas dari beberapa scene yang mampu membakar pembuluh darah pembaca novelnya.
Untuk film, saya memang memiliki standar dalam menakar kualitas film tersebut, khususnya film lokal. Akan tetapi Critical Eleven adalah pengecualian. Itu bisa kita lihat dari nama-nama orang yang berada di belakang layar. Khususnya pemeran utama yang mempertemukan Reza Rahadian dan Adinia Wirasti. Keduanya adalah artis yang memiliki kualitas akting paling total, yang bisa kita jumpai di film mereka sebelumnya.
Harapan saya untuk film ini, semoga Critical Eleven mampu bersaing dengan film Indonesia berkualitas lainnya, yang selama ini masih bisa dihitung dengan jari, dan berhasil membungkam film-film Indonesia yang serba instan dan cepat saja tanpa memikirkan mutu sama sekali.
Komentar
Posting Komentar