Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2011

Perjalanan Sebuah Mimpi

Ia mendekap erat Sebuah ingatan Serta kelopak bunga Yang pernah dimekarkan tuannya Dengan sayap rapuh Berusaha menembus malam Mencapai sekat di bibir fajar Beberapa mimpi Sekarat sebelum ajal Beberapa lainnya Tak kuasa menahan pengaruh roh jahat Yang merubahnya menjelma mimpi buruk Mimpi lainnya berhasil bertemu dengan matahari Kembali kepada tuan pemilik mimpi Bersama hati dan titian waktu, Ia mencari jasad untuk dirasuki Ia tak mau berlama menjelma bayang Sebuah kelopak mimpi Hanyut dalam arus waktu Terlepas dari kejaran sang tuan Bersama mimpi yang gagal, mereka memenuhi angkasa Menjejali dunia dengan keruh warnanya Kadang kusebut mereka sebagai bunga angan-angan semata Loverstopia dreamcatcher, 9 Juli 2011 -kukejar mimpi, hingga sisa kala-

Bulir Bulir Waktu

I. Duhai langit kemana pergi rahasia dahulu lepas dari genggaman si bayi terbang bersama gema pertama di telinga apa kau menyimpannya? II. Dalam kelam pertapaan rimbun rindu tiba-tiba menjelma berbilah-bilah pisau lepaskanlah mereka diantara derai hujan biar mengoyakku bagai lezat kudapan III. "Aku ingin hilang ingatan!" pintamu "Kuamini doamu." kataku "Tidak jadi saja." kau tarik lagi ucapanmu ingin kupotong saja lidahmu itu IV. Kita sepakat pergi ke tukang tattoo kau lukis wajahku dimatamu ku lukis wajahmu dimataku dengan begini, kita tak pernah saling melupakan dengan begini, kita akan selamanya terbutakan V. "Aku akan mewujudkan mimpimu. Aku akan selalu memberikan apapun yang kau mau. Hingga tumpah darahku, sampai remuk tulangku!" ucap seekor hantu VI. Tak perlu memiliki hanya agar dapat senantiasa menjagaku kau telah menjelma bagian terpenting dengan menjadi mata kiriku VII. Seorang lelaki pernah melukis mendiang kekasihnya ia gantikan cat w

Mengingat Usia Mengingat Luka

Mengingat Usia Mengingat Luka Anjali aku tahu aku lelaki yang aneh maka kutulis surat cinta ini untukmu dan pada akhirnya akupun tahu aku takkan mengirimkan surat ini kepadamu dan kau juga takkan pernah dapat membacanya karena namamu bukan Anjali, tapi bagiku kau adalah Anjali dalam hidupku. Apakah kau masih mengingat apa yang terjadi setahun silam, tepat pada hari ini, Anjali? Aku ingat benar malam itu. Aku bertamu kerumahmu. Dan kau keluar dari kamar tidurmu, rapuh tanpa daya, tapi senyum manismu tetap melengkung indah di sudut bibirmu. Lutut kananmu memar tak beraturan karena kecelakaan yang menimpamu beberapa waktu lalu. Ah, Anjali, andai saja ada toko jasa yang melayani pertukaran rasa sakit, tentu aku akan bertransaksi untuk menanggung seluruh luka yang kau derita, dan kau akan baik-baik saja seperti tak pernah terjadi kecelakaan sebelumnya. Tentu saja jika semua itu dapat kulakukan, aku takkan membiarkanmu mengetahui siapa yang telah menukar rasa sakit itu darimu. Ah iya, bagaim