Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

1 April

1 April : diri sendiri Kutandai dengan sebuah piala atau singgasana siapa diantara kita menjadi pemenang dari pertikaian : aku kalah Kemarin aku menjadi gelandangan pejalan bimbang dari trotoar ke trotoar dari kuyup kepada terik menyalahkan jalan hidupku sendiri Darimana kaudapat tali ini, Tuan tak banyak berguna untukku selalu putus setiap kali kugantung diri Aku punya seorang ayah yang memungutku dari emperan toko di dekat anak anjing yang dibuang pemiliknya Dunia apa ini, Tuan hingar bingar manusia selalu terjaga meski dunia menjemput mimpi dan bulan sendirian meniti malam Jangan menjadi masa laluku aku tak ingin kau menangis meski aku tahu kau tak punya airmata Aku terjaga seseorang disampingku bertanya aku jawab: aku tak ingat jalan pulang Bulan juga matahari sepakat bungkam tak hendak memberi jawaban Hei, tunggu bukankah aku pernah melintasi lorong ini keseribu kali? Loverstopia ultimate spin, 1 April 2011 -hari ini datang lagi, menuntutku-

Nada Sumbang Kehidupan

: untukmu manusia Aku pejalan renta tak pernah berhenti mengeja cinta bersama bulan kuarungi angkasa melintasi orbit di gugusan galaksi Sebelum engkau lahir aku telah lama bersujud memaknai sunyi tak ada detak selain jantungku sendiri hingga takdir mempertemukan kita aku dan sang waktu menjelma orang tua bagimu mengajarimu dengan sabar tentang sebaris aksara menjadi kata juga deretan bilangan dari satuan angka kami ajari engkau bahasa cinta sebagai tutur kepada sesama untuk kau semaikan di seluruh jiwa Tapi anakku usia telah merenggut kekuatanku hingga kami, ruang dan waktu lengah memperhatikanmu tak pernah sadar ada api di genggamanmu menyalakan kobaran panas lepaskan ia dari tanganmu sebelum api membakar tubuh rapuhmu sirnakan ia dari hatimu kau takkan pernah sanggup menahan bara menahan sakit atas luka yang menyiksa Api takkan padam sebelum puas melahap hutan di halaman belakang membakar jiwa kerabatmu dalam pertikaian menghabiskan apa saja yang engkau punya Wahai anakku mungkin hid

Menggapai Mimpi Bersama Sang Bintang

: Justin Bieber Di selembar langit musim gugur Kawanan peri terbang ke utara mencari harapan Tawa mereka membahana Membayang kesejukan air surga pelepas dahaga Kukepakkan sayapku Tak sabar lagi menunggu Sebelum akhirnya anak panah itu melesat Merobek sayapku, menusuk punggungku Dimana aku sekarang, rintihku pilu Tapi tiada jawaban Segalanya diam, dibungkam kelam Tak kutemukan temanku sesama peri Sementara darahku terus mengalir Mengirim luka paling perih Tiba-tiba kau datang Membelah kegelapan yang mengurungku Kau menjahit sayapku Menyeka luka di tubuhku Melenyapkan murung di hatiku Kau menghiburku dengan senandung lagu cinta Lembut suaramu Merasuk kalbu, menyusup ke seluruh relung di hatiku Bagai lentera, kidungmu menyalakan kembali semangatku Setelah lama padam dilipat kelam Kekuatan tekadmu berpendar terang menaungiku Wahai sang bintang Tetaplah disampingku Semaikan benih kebaikan di seluruh dunia Karena lagumu abadi dalam jiwa Nyanyikan tembang cinta Kepada hati yang dirundung lara